Sponsored by

News Update :

Gosip

Terpopuler

Kesehatan

Trilogy Seven Of Wind 1 Dalam Format E Book

Monday, August 6, 2012


Trilogy seven of wind 1: Time Machine sudah beredar dalam bentuk e book di Scanie

Novel scifi  ini menceritakan dunia masa depan dimana manusia yang tinggal di dalamnya sudah terbiasa dengan teknologi hologram, teleportasi quantum, wisata luar angkasa, kacamata x ray.

Jika pembaca tidak menemukan mobil terbang penulis sengaja tidak menghayalkan ada mobil terbang di negeri Samudra, karena menurutnya dengan adanya mobil terbang polusi akan bertambah banyak.

Dibawah ini cuplikan review dari editor leutikaprio:

Novel ini sarat akan cerita detektif, di mana satu per satu teka-teki dipecahkan hingga terkuak sebuah rahasia besar tentang adanya penciptaan mesin waktu. Pengungkapan tentang mesin waktu inilah yang menjadi inti cerita dari buku ini. Dipaparkan dengan penuh petualangan hingga mendapatkan klimaks cerita yang sungguh memukau, tak kalah hebat dengan novel sci-fi yang lain. Kekuatan novel ini terletak pada kecerdasan penulis dalam menyusun cerita hingga tersaji alur yang jelas dan logika imajinasi yang hebat. Tak terlalu banyak dialog, juga tidak berbentuk narasi seutuhnya, novel ini dikemas dengan melirik tampilan film sci-fi Barat yang penuh teknologi mutakhir. Taruhlah Fantastic Four sebagai contoh, maka novel ini akan mirip dengan film empat superhero tersebut.

Untuk reviw yang lain bisa di lihat di leutikaprio 

Dengan dipublikasikan dalam bentuk e book maka pembaca akan lebih mudah menikmati karena harganya lebih murah selain itu akan lebih hemat hemat kertas.

Kyai Saronen /Cerber

Wednesday, March 21, 2012


Kyai Saronen bagian 2

oleh; Rosida


Ringkasan bagian 1

Ayah Fatimah yang bernama Sakban harus meredam jiwa berkeseniannya.Sebagai pemain Saronen kesenian dari Pulau Madura, dia  harus merelakan profesi yang sangat dicintainya itu demi anaknya yang akan bersanding dengan Gus Imam putra salah seorang Kyai di Sumenep yang masih keturunan Pangeran Sumenep itu. Namun rupanya Fatimah merasa tak rela jika ayahnya harus melepaskan jiwa berkesenian yang sangat dicintai lelaki berasal dari rakyat kebanyakan dan tinggal di desa Talango yang berjarak tempuh sekitar tiga belas kilometer dari pusat kota Sumenep.


Kyai Saronen bagian 2

Tiba-tiba saja jiwa Fatimah pun berontak, ada hentakan yang begitu kuat dalam nalurinya untuk melindungi jiwa berkesenian ayahnya. “Jangan… jangan mati jiwa bersekenian Eppakku…jangan…!” Pilu hatinya menjerit dan air matanya semakin deras mengalir di kedua pipinya.
      Fatimah sangat paham jika ayahnya akan melepaskan berkeseniannya, lelaki yang dilahirkan dari keturunan seni dari pihak kakeknya atau Kaenya itu harus tunduk pada derajad seorang Kyai yang pamornya sangat harum di Sumenep. Hal itu dimaklumi oleh Fatimah. Namun gadis berkerudung itu merasa tak sanggup melihat ayahnya terjerembab dalam diam. Menangis dalam hati karena harus dijauhkan dari kesenian yang begitu dicintainya. Derajad seorang Kyai Haji Mustafa yang masih keturunan Pangeran Sumenep memang tak boleh dipandang sebelah mata. Tapi, bagaimana pun ayahnya harus memiliki kebebasan untuk berkreasi.
         Fatimah terlahir dari keturunan penyuka gamelan.Kakeknya yang dipanggil Kae itu puluhan tahun lalu adalah ketua ludruk yang bernama Sinar Hati, dimana para pemainnya terdiri dari kaum pria dan Sakban ayahnya adalah salah satu pemain dari Sinar Hati yang saat itu laris manis ditanggap dari desa ke desa,bahkan beberapa kali manggung di alun-alun pusat Kota Sumenep sebelum alun-alun yang terletak di depan Mesjid Agung itu dijadikan Taman Kota atau Taman Adipura. Namun dengan berkembangnya jaman ludruk Sinar Hati tak dapat mempertahankan popularitasnya, bersama grup ludruk lainnya terpuruk dan tak lagi terdengar gaungnya. Maka Sakban yang memiliki jiwa seni keturunan dari ayahnya itu kemudian beralih pada kesenian saronen,dimana bersaronen sudah dijalaninya selama dua puluh tahun lebih.
        Bukan itu saja, Fatimah masih ingat saat dirinya berumur sepuluh tahun beberapa kali ikut ayahnya berlenggak-lenggok sepanjang jalan diiringi alunan saronen yang dipimpin ayahnya itu. Seringkali itu terjadi dan biasanya saronen milik ayahnya mengiringi sapi yang akan dikerap. Bahkan Fatimah  bersama Saronen Ate beberapakali diundang untuk meramaikan ulang tahun dari isntansi pemerintah atau untuk menyambut kedatangan pejabat tertentu dari Surabaya atau kota lainnya yang bertandang ke Sumenep.
          Jiwa berkesenian itu pun sudah tertanam pula dalam diri Fatimah walau pun gadis itu tak melanjutkan menjadi penyanyi atau penari seperti masa kecil lyang kerap diajak bergabung oleh ayahnya jika ditanggap orang saronennya. Namun Fatimah memilih menjalani profesi sebagai guru sekolah dasar di Talango dan tetap mendukung kegiatan ayahnya bersaronen. Tapi kini karena akan dilamar Gus Imam semua jiwa kesenian ayahnya diredam. Dan Fatimah tahu apa yang harus dilakukannya untuk ayah tercintanya.
          Ditutupnya kembali alat gemelan itu dengan hati gundah dia melangkah ke ladang yang tak jauh dari rumahnya. Pastilah saat ini ayahnya sedang menebang pohon jagung yang baru dipanen kemarin. Benar saja, Sakban memang ada di sana. Lelaki itu sedang mengayunkan arit ke batang pohon jagung yang sudah dipanen.
          Fatimah menatap hamparan ladang jagung yang cukup luas dan milik dari Haji Tabrani yang memang diserahkan pada ayahnya untuk menjalani pertanian jagungnya itu. Ayunan arit di tangan Sakban pasti dan mantap menjatuhkan beberapa batang pohon jagung ke tanah. Dalam pandangannya seakan setiap ayunan arit yang mengenai batang jagung itu seolah ayahnya melepaskan emosi jiwa yang tertekan tapi tak berdaya untuk melawan. Tangan Sakban begitu tangkas dan terus menerus melakukan kegiatannya sehingga puluhan batang jagung sudah rata dengan tanah.
     Angin bertiup semilir dan beberapa daun jagung yang belum terputus oleh arit di tangan Sakban meliuk-liuk bagai tarian seorang penari yang sedang mengikuti irama saronen yang sedang dimainkan sekelompok orang, tanpa sadar bibir Fatimah tersenyum dan liukan dedaunan itu tiba-tiba terkulai oleh arit yang membabatnya.Fatimah terkejut, hal itu mengingatkan akan diri ayahnya yang terkulai lemah tak berdaya tergilas oleh keadaan yang sedang dihadapinya
        “Pak…” Fatimah sedikit mengeraskan suaranya.
       Sakban menoleh dan tertawa melihat Fatimah berdiri di bawah pohon mangga yang rindang. Dia sangat bangga akan kecantikan putrinya yang berkulit bersih menuruni kulit isterinya.  Ujung kerudung yang dikenakan Fatimah melambai-lambai tertiup angin, hal mana membuatnya tertegun terbayang saat Fatimah masih gadis kecil dan melenggang lenggok memainkan seledang mengikuti irama saronen yang dimainkannya. Senyum bangga sang isteri melengkapi seruan kagum para penonton di sepanjang jalan menyaksikan gemulainya gerakan gerangan tangan Fatimah memainkan selendang warna merah cabe yang tersampir di pundaknya saat itu. Sakban tersenyum dengan mata berkaca-kaca bahagia ingat akan kenangan saat itu dan Fatimah tahu-tahu sudah di depannya melihatnya menangis.
       “Nah kenapa Pak menangis?”
      Sakban segera menghapus air matanya dengan lengan bajunya yang lusuh itu.
      “Pak…” desah Fatimah menuntut jawab dari sang ayah.
     “Pak ingat sewaktu kamu masih kecil berjoget dengan gemulai sepanjang jalan diiringi saronen…”
     Fatimah tertawa kecil,”Ya, saya juga suka ingat itu,Pak, saya berjoget…Pak ngejung dan sapi yang mau dikerap berjalan seperti penganten yang kita arak ya,Pak…”
“Ya…” angguk Sakban yang tak menyadari kalau ucapannya itu sangat mengiris jiwa putrinya.Ucapan itu secara tak langsung telah membuat Fatimah semakin yakin kalau jiwa ayahnya memang tengah pedih karena harus terejam oleh keadaan yang katanya menyesuaikan tatanan kesopanan serta kehormatan seorang Kyai Haji Mustafa yang akan menjadi besannya nanti.
“Pak sudah berapa lama tidak main saronen?” Fatimah bertanya.
Sakban yang akan mengayunkan aritnya ke batang di depannya menghentikan ayunan aritnya di udara. Menoleh pada Fatimah,”Hampir sebulan, Bing…”
“Pak kangen mau main saronen?” Santai Fatimah bertanya.
Sakban menatap putrinya lekat. Ada gurat muram pada kedua matanya. Raut mukanya yang yang beberapa detik lalu itu cerah tiba-tiba saja menjadi redup seperti menyimpan timbunan sayatan yang memerihkan kalbunya.
“Ah Eppak sudah melupakannya, Bing…” dan muka yang menanggung perih itu pun kini berubah menjadi sebuah pancaran wajah ikhlas dan penuh ketabahan.
Fatimah tersenyum,”Pak nanti akan saya buatkan kopi dan goreng singkong di rumah, ya…” dia tahu kalau ayahnya berbohong tentang ucapan terakhirnya barusan.
“Ya, sebentar lagi Eppak istirahat,” angguk Sakban seperti sudah berdamai dengan gemuruh hatinya dan tampaknya mereka pun telah melupakan percakapan tentang saronen.
“Saya pulang dulu mau buatkan kopi tubruk sama goreng singkong ya,Pak,”
Sakban mengangguk, karena anaknya itu memang sering menyiapkan cemilan saat dirinya istirahat dari kegiatan meladangnya. Dan Fatimah pun langsung membalikkan badan meninggalkan Sakban yang masih memandangnya penuh cinta dan penuh kebahagiaan. Bagaimana tak bahagia jika sang putri tak lama lagi akan dilamar oleh putra seorang bangsawan yang terhormat serta terpandang? Bila dibandingkan dengan dirinya yang hanya buruh tani serta pemain saronen apalah arti keberadaannya sebagai orang desa tak berpendidikan pula?
Sakban merelakan apa pun yang akan dikorbankan asalkan putrinya bahagia. Termasuk jiwa berkeseniannya pun telah ia pertaruhkan untuk masa depan putrinya. Walau untuk itu ada nanah yang mengalir dari luka diatas luka di dalam kalbunya karena harus membekukan bahkan mengubur jiwa keseniannya itu.
Marni isterinya Sakban datang membawakan goreng singkong dan kopi tubruk yang dijanjikan Fatimah tadi. Diletakkannya nampan berisi cangkir kopi dan sepiring potongan singkong goreng itu di atas bale-bale di bawah rindang pohon mangga tak pinggir ladang dimana Sakban mendekat.
“Fatima kemana,Mak?” Sakban mencomot sepotong goreng singkong yang masih agak panas itu.
“Tadi dia mau mengantarkan kopi dan singkong yang baru digorengnya ini ke sini,Pak, tapi saya ambil sekalian saya mau membantu Sampiyan menebas batang jagung ini,” jawab isterinya sambil mengambil alih arit di tangannya dan tiba-tiba saja terdengar alunan gamelan yang dimainkan dari dalam rumahnya.
Sakban yang akan duduk di bale-bale untuk  istirahat tertegun menoleh ke rumahnya, begitu pun dengan Marni yang telah siap melangkah dengan arit di tangannya untuk menebas batang jagung tercengang. Alunan gamelan itu semakin nyaring mereka tahu siapa yang memainkannya.
“Fatimah…khuk…khukkk…!” Sakban terbatuk-batuk keselek goreng singkong yang sedang ditelannya. Sakban sangat paham bahwa putrinya itu sangat berbakat dalam soal tabuhan gamelan dan beberapa kali turut membantu menjadi tenaga pengganti sebagai penabuh gamelan saat ada anggota Saronen Ate yang berhalangan hadir saat ditanggap orang karena sakit.
“Ya…” Marni bergumam
Kemudian suami isteri itu meninggalkan ladang untuk melihat Fatimah yang sedang menabuh gamelan…
                                                 

Kyai Saronen (cerber)

Saturday, March 17, 2012


Cerita bersambung bag. 1


                                                                            Bab. 1


Ironi bagi  jiwa yang terpasung


Fatimah berdiri terpaku menatap seperangkap alat gamelan yang teronggok sepi dan membisu serta dingin di dalam ruangan. Hatinya perih mengingat sudah empat pekan alat tradisional yang menjadi kebanggaan ayahnya  tak lagi tersentuh tangan kekar lelaki yang telah menghabiskan waktu dua puluh lima tahun bersama alat berkesenian tercintanya itu. Sakban sang ayah memberinya nama group saronen yang memang terlahir bukan dari tangan orang kota tapi saronen itu identik dengan masyarakat pedesaan itu dengan nama ‘Saronenna Ate’ atau tabuhannya hati. Dengan mogoknya sang ayah untuk menabuh gamelannya atau kembali bersaronen,itu artinya keempat anggota Saronenna Ate pun akan menganggur. Dan memang seperti juga Sakban, keempat anak buahnya itu kini fokus bersawah atau berladang,sambil menunggu keputusan resmi dari pimpinan mereka akan nasibnya sebagai anggota di Saronenna Ate itu.
Gadis berkerudung itu menyentuh alat yang terbuat dari kuningan sedikit dilapisi kayu jati itu. Hatinya terasa nyerih. Ada irisan dalam kalbunya yang mengalirkan pedih tanpa mengucurkan darah. Terbayang jiwa ayahnya yang terpasung oleh keadaan dan kenyataan yang harus diterima. Demi menjadikan anak gadisnya calon menantu seorang Kyai Haji Mustafa yang disegani oleh masyarakat bukan saja dari Sumenep dimana lelaki berdarah ningrat itu bertempat tinggal. Namun Kyai yang masih keturunan Pangeran Sumenep itu sangat dicintai dan disegani oleh masyarakat pedesaan pula, karena ceramah beliau sangat mengena di hati mereka. Bahkan Sang Kyai adalah sosok terhormat dan tercatat sebagai salah satu ulama yang namanya sangat dikenal di Pulau Madura.
Ironis yang dirasakan Fatimah tentang ayahnya yang mau tak mau menggantung gong saronennya yang selama berkesenian selalu saja mengiringinya berjoget dan ngejung, menyanyikan lagu Madura yang seirama dengan saronen yang ditabuh oleh tangannya dengan penuh cinta bersama anggota lainnya. Kini jiwa berkesenian itu harus dilupakan untuk selamanya, karena anak gadisnya telah memikat putra seorang ulama Madura yang bernama Imam Bin Mustafa atau lebih dikenal dengan panggilan Gus Imam.
Air mata Fatimah mengaliri kedua pipinya yang ranum. Geliat rindu akan suara ayahnya tak lagi dapat dinikmatinya. Gerakan jogetan ayahnya dalam iringan tabuhan saronen di sepanjang jalan saat ditanggap untuk mengiringi sapi kerapan. Atau saat mereka ditanggap oleh sebuah instansi pemerintah mau pun swasta ketika  mengadakan peringatan hari tertentu.
Gemetar jemarinya menyentuh peralatan yang mulai berdebu karena sudah lebih dari sebulan tak tersentuh pemiliknya itu. Ada geletar pedih pada uluh hatinya mengingat kelanjutan nasib berkesenian ayahnya. Ada rasa bersalah dalam dadanya telah merampas hak ayahnya untuk berkreasi di bidang yang dicintainya. Ada sakit yang melemparkannya pada sesal dan bersalah saat memergoki ayahnya melamun sendirian di sudut halaman belakang rumahnya yang luas yang berseberangan dengan ladang jagung milik kaenya itu (kaenya=kakeknya=Madura)
Memang Sakban telah menyatakan ikhlas untuk mengakhiri jiwa berkeseniannya sebagai pemain saronen. Namun ungkapan itu jelas sangat dipahami oleh Fatimah yang sangat mengerti betapa jiwa ayahnya sebenarnya sangat terluka, tapi semua ditahan dan diikhlaskan demi anak gadisnya yang akan diambil menantu seorang Kyai terhormat.
"Tim jangan terlalu dipikirkan masalah saronen ini,ya..." ujar Sakban bulan lalu saat dia menutup seluruh gamelannya dengan terpal."Kebahagiaanmu yang Eppak utamakan, Bing...(Neng..=Madura)," tak ada nada penyesalan pada kedua mata ayahnya.
"Pak... tapi..."
"Sudahlah, tidak bagus kalau seorang Kyai Terhormat seperti Kyai Haji Mutafa berbesan dengan seorang tukang saronen..." lirih suara Sakban,"Mereka orang terhormat dan Eppakmu ini hanya tukang saronen, diterima sebagai besan saja merupakan sesuatu yang sangat janggal, Bing..." ada kebahagiaan yang luar biasa dalam suara yang tergetar dan raut muka penuh haru itu menatap putri tunggalnya, betapa tidak, anak gadisnya, anak seorang tukang saronen akan diambil mantu seorang Kyai terhormat di kota. Jelas sebuah karunia yang tak terhingga dan derajad putrinya akan meningkat seiring dengan meningkatnya statusnya sebagai tunangan apalagi sampai menjadi isteri Gus Imam nanti. Begitulah buah pikiran seorang Sakban yang memiliki pola pikir sederhana.
Fatimah terharu dan menatap raut muka ayahnya yang berwarna kehitaman karena sering terjemur matahari di ladang menanam singkong sebagai kegiatan hari-harinya selain bermain saronen. Sepasang mata itu menatapnya ikhlas dan bahagia. Tapi hati kecilnya merasakan suatu getar lain dalam pandangan ayahnya itu. Dia sangat tahu siapa ayahnya, dirinya pun pecinta saronen seperti ayahnya yang telah mengajarkannya berkesenian dan mengalirkan jiwa seni pada dirinya. 
Di dalam lubuk hati ayahnya ada rasa kehilangan yang dalam. Dan Fatimah tahu apa yang telah hilang dalam jiwa ayahnya yang sebenarnya membuat pedih serta perih namun tertutup oleh keinginan mengantarkan dirinya pada gerbang bahagia menjadi menantu seorang kyai. Keinginan luhur seorang ayah dari golongan rakyak kebanyakan seperti sebagian besar keluarganya yang hampir semuanya tinggal di pedesaan karena nenek moyangnya memang asli orang desa, petani atau berladang. Jika dibandingkan dengan keluarga Gus Imam yang berasal dari kota serta golongan ningrat serta masih keturunan Pangeran Sumenep itu, jelas seperti bumi dan langit. Tapi cinta telah mempertemukan keduanya dan cinta itu pula yang telah membuat sang ayah harus rela melupakan saronen hatinya. Mengkikhlaskan sebagian jiwanya terkubur bersama suara gamelan yang kerap membuatnya rindu itu.

bersambung

Menguap Berlebihan Harus diwaspadai/kesehatan

Friday, March 16, 2012


Menguap Bukan Hanya Pertanda Mengantuk


Sudah menjadi mitor di masyarakat kita bahwa jika seseorang menguap itu pertanda dalam keadaan mengantuk dan siap untuk beranjak ke tempat tidur. Ternyata menguap itu bukan hanya pertanda kita mengantuk, buktinya jika seseorang menguap berulang kali dalam waktu diluar jam kebiasaan tidur yang lazim. Misalnya dipagi hari sewaktu kita harus berkosentrasi penuh dalam menghadapi pekerjaan, tiba-tiba kita menguap yang berlebihan. Nah, ternyata hal ini ada yang tak beres dalam tubuh kita.  Bila di otak kurang oksigen bisa menurunkan kewaspadaan dan kosentrasi terhadap pekerjaan dan juga pada lingkungan sekitar.Juga bila makanan yang masuk ke tubuh terlalu banyak, maka lambung akan kepenuhan atau sangat penuh, hal ini bisa mengakibatkan kosentrasi utama pada tubuh hanya mengurai makanan. Maka akibatnya bila terlalu banyak oksigen yang dipergunakan untuk mengurai makanan, tidak kecil kemungkinan organ lainnya, terutama otak kekurangan zat O2 maka mengakibatkan munculnya sinyal menguap tadi secara terus menerus. Hal ini pernah diungkapkan juga oleh Prof DR. Dr. Moh. Hasan Machfoed Sp.S(K) MS, spesialis saraf dari RS Dr. Soetomo Surabaya.

Maka untuk menghindari konsidi demikian sang Prof menyarankan supaya kita makan tidak dengan berlebihan. Tetap mengkomsumsi makanan utama tiga kali sehari dan juga makanan selingan diantara waktu makan utama. Tapi hendaknya porsi jangan berlebihan karena takut mengakibatkan keadaan seperti yang diuraikan di tas.Dengan pola makan teratur maka fungsi lambung pun menjadi  normal dan lambung mampu mampu mengatur kapan mesti mengolah makanan dan istirahat.Makanan pun harus mengandung karbohidrat cukup , lemak dan protein serta vitamin dan mineral. Nutrisi harus dicukupi dalam tubuh karena sangat penting supaya tubuh karena energi sangat penting untuk dipergunakan berkegiatan .

Maka jika menguap berlebihan dalam satu menit terjadi beberapakali harus diwaspadai. Karena jika terjadi kegiatan menguap maka rahang kita akan terbuka dan pastinya akan menghirup napas panjang. Hal ini walau sesaat akan menciptakan tekanan besar pada paru-paru. Dan sebagian besar gangguan menguap itu berhubungan dengan sistem saraf pusat, yaitu epilepsi, tumor otak, radang otak , juga menguap bisa menjadi tanda bahwa kita harus waspada untuk segera menyalurkan oksigen ke otak, karena menguap adalah salah satu tanda bahwa jumlah oksigen di otak kita menurun dan hal ini mengakibatkan kita sulit berkonsentrasi.

Namun begitu ada juga ilmuwan yang beranggapan bahwa menguap itu dapatmembantu kita untuk mengatur suhu tubuh, karena saat terjadi kegiatan menguap akan terjadi pula proses kenaikan tensi dan laju jantung. Namun begitu bagi Bagi mereka yang menderita ASL atau orang yang memiliki penyakit saraf Muliple Sclerosis dan Amyotropic lateral sclerosis mereka akan melakukan kegiatan menguap lebih sering dari orang yang normal. Juga menguap sering terjadi pada mereka yang memiliki tekanan darah rendah, misalnya 90/60mmHg, diikuti juga dengan rasa kantuk. Karena mereka yang memiliki tekanan darah rendah sering merasa pusing, cepat lelah bahkan penglihatan kabur. Kurangnya darah yang dipompa ke jantung akan membuat semakin kurangnya dara yang dipompa jantung sehingga dan akibatnya jantung dan otak kekurangan pasokan oksigen  dan mereka yang memiliki tekanan darah rendah ini sering menguap diikuti rasa pusing dan cepat lelah.  Jadi waspadai menguap Anda jika terlalu sering ,namun menguap terlalu sering bisa juga karena reaksi terapi radiasi untuk kanker jika Anda pernah melakukannya, atau bisa akibat dari komsumsi obat-obatan misalnya obat untuk penyakit parkinson .
 


Sarapan Pagi Penting/Kesehatan

Sarapan Pagi Itu Penting

Banyak sebagian orang tidak terbiasa dengan sarapan pagi, mereka cukup mengkonsumsi satu cangkir kopi atau kopi susu atau bahkan susu saja. Hal itu boleh saja dan memang tidak dilarang, karena apa yang telah dikomsumsi walau pun hanya secankir kopi susu dapat mengalirkan energi ke dalam tubuh. Namun ada juga orang yang tidak sempat melakukan sarapan pagi karena suatu keterbatan waktu, namun begitu diusahakan untuk mengisi perut kita di pagi hari untuk mengawali aktivitas rutinitas kita berkegiatan dari pagi hingga menjelang siang hari.

Setidaknya sarapan pagi dilakukan serutin mungkin dengan asupan yang dapat menimbulkan energi pada tubuh kita, karena pada malam hari saat kita tertidur pun tubuh kita masih tetap melakukan kewajibannya dan untuk itu memerlukan energi, walau pun apa yang dilakukan tubuh kita tidak sama dengan saat kita terjaga atau melakukan rutinitas kegiatan sehari hari.Maka jangan heran jika terbangun pagi harinya yang terjadi adalah tubuh kita tidak langsung dapat bekerja normal karena telah mengalami pengurangan atau menurunan metabolisme pada malam harinya.

Nah untuk menopang kekuatan tubuh kita kembali setelah penurunan metabolisme malam harinya,maka sangat dianjurkan untuk melakukan kegiatan sarapan pagi dengan pola makan yang cukup memberikan energi dan protein yang dibutuhkan tubuh setelah semalaman melakukan tugasnya yang telah menurunkan metabolisme pada malam harinya. Jadi sarapan yang memenuhi standar kesehatan sangat dibutuhkan tubuh untuk kembali pada titik normal pagi harinya supaya dapat melakukan kegiatan rutin dengan keadaan tubuh bugar.Maka disarankan untuk melakukan pola sarapan seimbang komposisi karbohidrat antara 60-80 persen, lemak 20-25 persen dan serat 10-15persen serta tak ketinggalan protein antara 12-15 persen dan disarankan sarapan hendaknya mencapai minimal  20-25 persen dari jatah total kalori selama satu hari.

Disarankan sarapan dengan makanan rendah lemak dan sehat karena sarapan demikian membuat kita bertahan kenyang hingga waktu siang. Sarapan yang sehat akan membantu menjaga stabilan kadar gula darah dalam tubuh. Karena telah terbukti stadi menunjukkan makanan tinggi protein dan tinggi karbohidrat itu dapat membantu memuaskan selera makan kita serta sangat bermanfaat untuk meningkatkan asupan vitamin dan meneral bagi tubuh kita. Bagi yang sedang diet tidak disarankan untuk tidak sarapan pagi,karena akan mengakibatkan metabolisme tubuh tidak bekerja pada taraf normal dimana kita akan kehilangan protein dan mengakibatkan adanya lentin,dimana lentin ini adalah protein yang membantu tubuh bekerja dengan efektif dan dapat pula membantu mengurangi berat badan.



 

Hot Today

Football News

Peluang Usaha

 

© Copyright West Java News 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Powered by Blogger.com.